SEJARAH MUHAMMADIYAH DI LAMONGAN

Pada artikel kali ini akan dibahas sejarah berdirinya Muhammadiyah di Kota Lamongan, yang menjelaskan secara singkat bagaimana Organisasi Muhammadiyah berkembang dan sampai meluas hampir di seluruh Kabupaten Lamongan.

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMONGAN

Sebagai wilayah otonom, Kabupaten Lamongan berdiri di mulai saat dilantiknya Ronggo Hadi oleh Sunan Giri sebagai Adipati pertama dengan sebutan Tumenggung Surajaya bertepatan pada tanggal 26 Mei tahun 1569. Namun berdasarkan temuan sejarah diketahui bahwa wilayah Lamongan telah didiami Manusia sejak zaman prasejarah, sekitar tahun 300 SM, hal ini diketahui dengan ditemukannya benda bersejarah berupa kapak corong, candrasa dan gelang-gelang di desa Mantup Kecamatan Mantup, serta nakara dari perunggu di desa Mekanderejo Kecamatan Kedungpring.

Artinya, Lamongan adalah salah satu kota tua di Indonesia yang telah mengalami perkembangan peradaban sejak zaman pra sejarah, berlanjut ke zaman Hindu, Islam, masa penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang, masa kemerdekaan, masa demokrasi terpimpin, orde baru sampai sekarang.

  1. Geografis

Kabupaten Lamongan yang dalam pengembangan tata ruang propinsi Jawa Timur tahun 2000 termasuk dalam Satuan Wilayah pengembangan GERBANG KERTASUSILA berada pada posisi antara  6  51’ 54”  dan 7  23’6” garis lintang selatan dan antara 112  4’4” dan 112  33’12” garis bujur timur.

Batas-batas wilayahnya meliputi  :

– sebelah utara            :  Laut  Jawa

– sebelah timur            :  Kabupaten  Gresik

– sebelah selatan         :  Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Jombang

– sebelah barat            :  Kabupaten Bojonegoro dan Tuban

Luas wilayah Kabupaten Lamongan adalah 1.812,8 Km2 atau setara dengan 181.280,800 Ha, meliputi 3,78% luas Propinsi Jawa Timur. Dibelah menjadi dua bagian oleh sungai Bengawan Solo yang panjangnya sekitar 65 km. Karena itu sekitar 50,7% merupakan dataran rendah dengan ketinggian 25-100 dpl, 45,68% berada pada ketinggian 25-100 meter dpl dan 4,15% berketinggian 100 meter di atas rata-rata permukaan laut.

Wilayah Kabupaten Lamongan memiliki fisiografi dengan tingkat kesuburan tanah yang dapat dibedakan dalam tiga karakteristik :

Pertama, daratan bagian tengah belahan selatan, yaitu kawasan yang berada di sebelah selatan arteri primer Surabaya-Semarang terdiri dari dataran rendah yang relatif subur, meliputi wilayah Kecamatan Babat, Pucuk, Sukodadi, Lamongan, Kedungpring, Sugio, Kembangbahu, Deket dan Tikung. Di kawasan ini terdapat 25 waduk irigasi sebagai pendukung pertanian, termasuk Waduk Gondang yang merupakan waduk terbesar yang diresmikan Presiden Soeharto tahun 1987.

Kedua, daratan bagian utara terdiri dari daerah bonorowo yang rawan banjir, meliputi wilayah kecamatan Turi, Sekaran, Karanggeneng, Laren, Kalitengah, Karangbinangun, dan Glagah. Pada dekade 1970-an daerah ini merupakan daerah yang amat tidak produktif yang terkenal dengan pola sawah tambak.

Ketiga, daratan bagian selatan dan utara terdiri dari sebagian berupa pegunungan kapur dan sebagian berupa dataran agak rendah dengan tingkat kesuburan yang rendah, meliputi wilayah kecamatan Mantup, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Modo, Sukorame, Brondong, Paciran dan Solokuro. Di daerah ini terdapat kawasan hutan yang luasnya mencapai 17,57% Lamongan, pada bagian utaranya terbentang kawasan pantai sepanjang 47 km yang kaya akan sumber daya perikanan.

Penduduk Kabupaten Lamongan yang mayoritas (99,65%) beragama Islam memberikan corak tersendiri dalam kehidupan sosial  budayanya. Masyarakat Kabupaten Lamongan dapat dibedakan tiga kelompok, yaitu  :

Pertama, kelompok masyarakat yang berada di bagian utara yang dibatasi oleh sungai Bengawan Solo di sebelah selatan dan Laut Jawa di bagian utara, memiliki budaya Islami cukup tinggi dengan ikatan keagamaan yang sangat kuat. Wilayah ini sejak dahulu telah menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam yang dipimpin oleh Sunan Drajat, tepatnya di desa Drajat kecamatan Paciran. Di daerah ini banyak dijumpai sekolah umum keagamaan dan pondok pesantren yang santrinya berasal dari dalam dan luar Pulau Jawa. Para Kyai/Ulama bertindak sebagai Pemimpin Informasi. Masyarakat di wilayah ini juga memiliki dinamika sosial yang cukup tinggi.

Kedua, kelompok masyarakat di bagian tengah yang mendiami wilayah sepanjang jalan raya Surabaya-Semarang sampai sepanjang aliran sungai Bengawan Solo bagian utara, memiliki budaya Islami dengan Ikatan keagamaan yang cukup kuat. Memiliki mobilitas yang relatif tinggi terutama pada musim lepas dan pasca panen, warga di wilayah ini rela meninggalkan kampung halaman untuk merantau. Akulturasi dengan budaya luar membimbing masyarakatnya memiliki pola pikir yang lebih kritis. Para pemimpin informasi bisa dari berbagai kalangan, namun masih di bawah pengaruh para tokoh agama.

Ketiga, kelompok masyarakat yang berada di wilayah bagian selatan, memiliki ikatan keagamaan yang lebih longgar, sehingga kepemimpinan informasi berada di tangan pejabat pemerintahan.

Masyarakat Kabupaten Lamongan yang mayoritas agraris tersebut mempunyai sifat terbuka, semangat dan etos kerja yang tinggi, solidaritas sosial dan toleransi yang tinggi, mereka rela berkorban untuk kepentingan orang banyak, hal ini merupakan asset positif yang perlu dipupuk dan dikembangkan untuk peningkatan pembangunan Kabupaten Lamongan.

Mayoritas penduduk Kabupaten Lamongan (79,18%) bekerja pada sektor pertanian, baik sebagai pemilik, petani penggarap, buruh tani, nelayan pandega dan buruh nelayan, peternak, petani ikan dan buruh tambak serta perambah hutan. Mereka yang bermata pencaharian pada sektor jasa dan perdagangan meliputi 16,48%, bertindak sebagai pedagang, karyawan, termasuk pegawai negeri, sisanya (4,34%) bergerak di sektor Industri Pengolahan sebagai pemilik maupun pekerja pada 23. 465 unit usaha industri kecil dan kerajinan rakyat dan 8 unit usaha aneka industri.

PROSES AWAL PENGARUH DAN LAHIRNYA MUHAMMADIYAH KABUPATEN LAMONGAN

Gerak Muhammadiyah pada awal berdirinya sungguh amat terbatas, yaitu masih di Kauman Yogyakarta sampai tahun 1917. Setelah mendapat kesempatan untuk memperluas ruang geraknya, maka Muhammadiyah mulai menjangkau daerah-daerah sekitarnya yang sebelumnya sudah mengidamkan keberadaannya.

Tetap lestari dan berkembangnya gerakan Muhammadiyah tidak terlepas dari pendirian organisasi ini untuk tidak terlibat dalam kegiatan politik praktis di Indonesia. Kegiatan politik praktis merupakan godaan berat selama perjalanan sejarah Muhammadiyah. Sikap tegas Muhammadiyah itulah agaknya menjadikan Muhammadiyah seperti tanaman yang subur dan dapat berkembang besar menyebar di Indonesia.

Pada tanggal 1 November 1921 Muhammadiyah berdiri di Surabaya dengan status cabang, diketuai oleh H. Mas Mansur dibantu oleh K. Usman, H. Ashari Rawi, dan H. Ismail. Di antaranya dari Surabaya inilah Muhammadiyah berpengaruh ke Lamongan. Tiga poros penting yang selanjutnya menjadi sentral penyebaran Muhammadiyah di Lamongan adalah Bagian Pesisir di Desa Blimbing (Paciran), Bagian Tengah di Desa Pangkatrejo (Kecamatan Sekaran) dan Bagian selatan di Kota Lamongan (Kecamatan Lamongan).

Seperti halnya tipe proses menyebarnya pengaruh Muhammadiyah di lain daerah yang kebanyakan dibawa oleh kaum pedagang, guru, pegawai pemerintah, dan muncul pada komunitas perkotaan, Muhammadiyah di Lamongan juga demikian. Akan tetapi ada satu hal yang menarik untuk dicatat bahwa Muhammadiyah di Lamongan lahir dari komunitas pedesaan, kemudian menjalar ke perkotaan. Kalau dianalisis kenyataan ini cukup beralasan bahwa lahirnya Muhammadiyah selalu didahului oleh tantangan yang ada sebelumnya. Besar dan kecilnya tantangan juga dapat menentukan frekuensi gerakan, disamping juga perlu diperhatikan aktor penggerak dan pendukungnya.

Muhammadiyah mulai masuk di daerah Lamongan sekitar padatahun 1926 M yang dibawa oleh H. Sa’dullah tepatnya di Desa Blimbing Kecamatan Paciran. Beliau dibantu juga oleh seorang wanita Islam yang bernama Zainab atau lebih dikenal dengan sebutan “Siti Lambah”. Mereka berdualah yang banyak memperjuangkan Muhammadiyah di wilayah sekitarnya. Namun dalam perkembangan selanjutnya Muhammadiyah tengah juga mengalami degradasi generasi yang diakibatkan para tokoh-tokohnya banyak yang masuk pada partai Masyumi pada waktu itu, bahkan aktivitasnya pun terkadang sering terbengkalai bahkan nyaris lenyap dari aktivitasnya.

Setelah partai Masyumi bubar dari partai politik, para tokoh Muhammadiyah mulai kembali pada organisasi semula dan timbul greget untuk memikirkan gerakan keagamaan yang lebih efektif dan efisien. Berbagai lontaran pendapatpun muali muncul dan gagasan yang konstruktif pada waktu itu adalah membentuk majelis Hikmah yang diketuai oleh Muhammad Yasin. Majelis ini didirikan bertujuan sebagai wadah yang mampu menampung para aktivis Muhammadiyah yang frustasi dari Masyumi tersebut, dan sekaligus sebagai wahana dakwah untuk melangsungkan gerakan dan cita-cita persyarikatan Muhammadiyah.

Dengan dibentuknya majelis hikmah ini maka pada waktu yang tidak lama kemudian terbentuk cabang Muhammadiyah di bawah pimpinan Zahri. Perkembangan dan gerakannya pun semakin lancar dan mendapat banyak sambutan dari masyarakat khususnya di wilayah pesisir atau pantai, dimana yang sampai sekarang menjadi basisnya yang terkuat dan sekaligus sebagai parameter Muhammadiyah di wilayah Jawa Timur.

Pengembangan dan penyiaran dapat berjalan dengan dinamis dan cepat setelah mempunyai banyak tokoh-tokoh yang mumpuni dalam bidang keagamaan yang biasanya lebih banyak memberi atau diminta untuk mengisi pengajian-pengajian di kota dan di desa. Melalui pengajian-pengajian tersebut, para tokoh itu mulai memperkenalkan Muhammadiyah yang kemudian sedikit banyak membuat massa tertarik yang pada akhirnya masuk sebagai warga Muhammadiyah. Adapun basis mayoritas Muhammadiyah yang kental adalah di Paciran.

Muhammadiyah Kabupaten Lamongan berkembang di wilayah Tengah tepatnya  di Desa Pangkatrejo. Sebelumnya perlu diketahui bahwa sejak tahun 1950 sampai 1960-an Desa Pangkatrejo merupakan hasil kain tenun ikat terbesar di Kabupaten Lamongan, ketenarannya mulai surut menjelang pemberontakan PKI tahun 1965, karena PKI mematikan saluran perdagangan dan umumnya di Indonesia pada masa itu terjadi krisis ekonomi. Keberadaan industri tenun inilah yang menjadikan sebagian masyarakat desa itu memilki mobilitas tinggi, ialah sebagai pedagang. Beberapa orang ternama diantaranya adalah Mastur, Suhari, M. Thohir, H. Mas’ud. Orang-orang itulah yang memotori berdirinya Muhammadiyah di Desa Pangkatrejo.

Di Bagian Selatan, sebetulnya sekitar tahun 1930-an faham Muhammadiyah sudah berpengaruh di Lamongan secara informal, artinya faham Muhammadiyah mulai diterima, dipahami, dan diamalkan oleh beberapa orang dibeberapa wilayah yang ada di Lamongan. Sudah berpengaruhnya Muhammadiyah pada masa itu, karena banyak ulama Lamongan yang ikut aktif dalam kegiatan organisasi besar, seperti Sarekat Islam (SI), dan dari sinilah mereka mengetahui adanya aliran pembaharuan yang dimotori oleh Muhammadiyah.

Beberapa ulama yang sudah berfaham Muhammadiyah pada saat itu diantaranya K.H. Syofyan Abdullah (Pangkatrejo), K.H. Sa’dullah (Blimbing Kecamatan Paciran), dan K. Khozin Jali (Kota Lamongan). Walaupun demikian mereka tidak bisa mendirikan Muhammadiyah sebagai organisasi, karena tantangan dari kelompok Islam tradisional sangat besar dan perlu dipelajari terlebih dahulu. Masyarakat Islam tradisional pada saat itu sudah mendapat pengayoman dari organisasi Nahdhatul Ulama (NU) yang sudah berkembang pesat. Tokoh NU di Kota Lamongan masa itu adalah K.H. Mastur Asnawi (dia adalah ayah dari Muchtar Mastur salah seorang tokoh Muhammadiyah di Kota Lamongan), sedangkan Pangkatrejo sudah dikuasai oleh NU yang dimotori oleh H. Abu Ali (dia adalah saudara dari K.H. Syofyan Abdullah yang berfaham Muhammadiyah).

Hal yang cukup penting untuk diketahui bahwa NU di Lamongan lahir dari komunitas perkotaan, lalu merembet ke pedesaan, sebaliknya Muhammadiyah terbentuk dari komunitas pedesaan, baru merembet ke perkotaan..

Sebelum berdirinya Muhammadiyah di Desa Pangkatrejo, faham ini sudah diterima oleh beberapa orang di desa itu. Seperti yang dinyatakan oleh M. Thohir dan diperkuat oleh Mangun bahwa pada tahun 1940-an di Pangkatrejo sudah ada kelompok belajar keagamaan yang sudah condong pada Muhammadiyah, kelompok ini diasuh oleh K.H. Syofyan Abdullah. Kelompok belajar ini selain diasuh oleh guru-guru setempat, juga mendatangkan guru dari Yogyakarta seperti, R. Hadiwinoto yang bertugas mengajarkan ilmu pengetahuan yang bersifat umum.

Pada tahun 1948 kelompok belajar tersebut diberi nama Madrasah Al Abdaliyah dan mulai menggunakan model klasikal. Kesadaran mulai muncul dari pembaharu saat itu, ialah sebuah gagasan akan arti pentingnya berjuang dan berdakwah melalui organisasi. Untuk itu  empat orang atas nama kelompok pembaharu, antara lain Suhari, Mastur, Bayinah dan M. Thohir dikirim ke Gresik untuk berkonsultasi dengan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Gresik pada awal tahun 1950 berkenaan dengan akan didirikannya organisasi Muhammadiyah di Desa Pangkatrejo. Dari sinilah kemudian terbentuk organisasi Muhammadiyah Ranting Pangkatrejo pada tahun 1953 diketuai oleh Abdul hamid, dibantu oleh M.Thohir, Bayinah, Mastur, dan H. Mansur, yang masih berada dalam pengawasan Cabang Muhammadiyah Gresik.

Pengaruh Muhammadiyah di Kota Lamongan seperti telah tersebut sudah ada sejak tahun 1937, tetapi secara organisasi belum dapat didirikan. Pada tahun itu ada usaha untuk mendirikan Muhammadiyah sebagai organisasi oleh H. Khozin Jali, sayang sekali sampai dia meninggal dunia usaha itu belum terealisasi. Usaha selanjutnya dilakukan oleh Hasan Buya pada zaman Jepang, usaha itu juga sia-sia, karena mendapat tekanan dari Jepang sebagaimana yang terjadi pada organisasi Muhammadiyah secara umum pada masa itu. Akhirnya usaha mendirikan organisasi Muhammadiyah tidak terlihat lagi sampai pada akhir revolusi fisik tahun 1949.

Pada tahun 1950 kegiatan pemerintahan di Kabupaten Lamongan mulai normal kembali setelah pada masa sebelumnya terganggu akibat Agresi Militer Belanda. Urusan keagamaan Kabupaten pada saat itu diperankan oleh personil-personil dari Kantor Urusan Agama (KUA) yang sekarang sudah berubah menjadi Departemen Agama (Depag). Ialah H. Mahmud salah seorang pegawai kantor itu (berasal dari Pangkatrejo) yang berfaham Muhammadiyah memberikan pengaruh pada sesama pegawai yang ada, dan berhasil mendirikan kelompok pengajian Muhammadiyah di kantor. Kelompok itu diketuai oleh H. Mahmud dibantu oleh H. Shaleh. Oleh karena kedua orang ini sering mengalami sakit, maka roda perkumpulan itu berjalan tidak normal. Bahkan ketika H. Shaleh dipindah ke Situbondo, kelompok itu benar-benar tidak terlihat lagi aktivitasnya. Akan tetapi di luar kantor (Kota Lamongan) sudah dapat didirikan kepanduan Hizbul Wathan pada tahun 1951 dipelopori oleh Abdul Hamid. Muchtar Mastur, dan Yasin Fathul dengan merekrut murid dari SMP PGRI Lamongan sebagai anggota. Dari Hizbul Wathan inilah dapat terbentuk pendidikan Muhammadiyah yang pertama kali di Kota Lamongan tahun 1952. Pendidikan itu antara lain Taman Kanak-Kanak diselenggarakan di rumah H. Shaleh, diasuh oleh Masrifah. Pada tahun itu juga didirikan SD dan SMP Muhammadiyah dengan meminjam gedung Madrasah Qomarul Wathan.

Dorongan untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah diberikan pada Muchtar Mastur dan kawan-kawannya. Akhirnya setelah dorongan itu diperbincangkan, dapatlah dibentuk organisasi Muhammadiyah di Kota Lamongan pada tahun 1953 dengan susunan pengurus yang sangat sederhana. Organisasi ini diketuai oleh Muchtar Mastur dibantu oleh Yasin Fathul sebagai sekretaris, dan Muhammad Asyid sebagai bendahara. Pada awal berdirinya ini Muhammadiyah didukung oleh sekitar 50 simpatisan (belum berkartu anggota Muhammadiyah). Perlu diketahui bahwa pada saat itu Muchtar Mastur juga seorang pengurus Besar NU bagian Syuriah, dan keterlibatannya dalam PBNU berakhir pada tahun 1964.

Suatu hal yang sangat mengherankan, bagaimana seorang PB NU juga telah memimpin Muhammadiyah. Perlu diketahui, walaupun Muchtar Mastur seorang pengurus NU, namun jiwa keagamaannya sudah tidak sefaham lagi dengan organisasi itu. Dia merasa bahwa NU yang lebih condong menyuburkan masyarakat Islam tradisional tidak dapat dibenarkan. Muchtar disebut oleh orang-orang Muhammadiyah sebagai sangat keras dalam memberikan ceramah-ceramah keagamaan, bahkan tidak segan-segan mengkafirkan orang-orang yang tidak sefaham dengan Muhammadiyah. Masih ikut sertanya Muchtar Mastur dalam kepengurusan NU memberikan kemudahan baginya untuk menyampaikan pengajian-pengajian di tengah-tengah masyarakat NU, dan itu baginya merupakan kesempatan untuk memasukkan ide-ide pembaharuan. Pada perkembangan selanjutnya masyarakat mengetahui dari ketidakjelasan Muchtar itu, dan menyimpulkan bahwa Muchtar benar-benar telah ber-Muhammadiyah. Hal itu terlihat jelas dalam pemikirannya yang disajikan dalam setiap pengajian yang mengarahkan pada masyarakat NU meninggalkan tradisi-tradisi yang dianggapnya menyimpang dari Al Quran dan Al Hadits. Periode Muchtar dalam kepengurusan Muhammadiyah berakhir pada tahun 1963, kendali organisasi selanjutnya dipegang oleh R.H. Moeljadi (seorang mantan tokoh Masyumi), sedangkan Muchtar sendiri tetap aktif berjuang lewat Muhammadiyah. NU secara total ditinggalkan oleh Muchtar pada tahun 1964. Kepengurusan Moeljadi dalam Muhammadiyah memperoleh perkembangan yang pesat, yang dijelaskan pada pembahasan selanjutnya dalam tulisan ini.

Perkembangan Muhammadiyah di Lamongan mengalami kemajuan menyusul bubarnya Partai Masyumi pada tahun 1960. Pada masa itu banyak mantan anggota Masyumi yang tertarik pada persarikatan Muhammadiyah sebagai alternatif. Masuknya tokoh Masyumi dalam Muhammadiyah memberikan dampak yang besar bagi tumbuhnya organisasi, karena tokoh-tokoh itu kemudian diikuti oleh anak buahnya. Diantara tokoh-tokoh Partai Masyumi yang disegani di Lamongan saat itu adalah R.H. Moeljadi, H. Ali, dan H. Syamsul. Dalam periode Muchtar di Lamongan berusaha mempengaruhi beberapa tokoh Masyumi tersebut untuk ikut berjuang lewat Muhammadiyah. Keberhasilan usaha itu terlihat jelas dengan masuknya Moeljadi sebagai simpatisan Muhammadiyah, yang selanjutnya mengantarkan tokoh ini dalam tampuk kepengurusan Muhammadiyah sampai tahun 1978. Untuk H. Ali walaupun tidak mau masuk Muhammadiyah, tetapi sangat menghargai Muhammadiyah, dan dia memilih untuk berjuang lewat NU. Sedangkan H. Syamsul (dari Sugio) terkesan sangat anti terhadap Muhammadiyah.

Pada periode R.H. Moeljadi, Muhammadiyah memisahkan diri dari pengawasan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bojonegoro (perlu diketahui bahwa cabang-cabang yang ada di Lamongan antara tahun 1957 sampai 1967 bernaung dibawah Daerah Muhammadiyah Bojonegoro, sedangkan sebelum tahun itu ada juga yang bernaung dibawah Cabang Muhammadiyah Gresik seperti yang dituturkan oleh M. Thohir). Muhammadiyah di Kabupaten Lamongan  berdiri sebagai Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan berdasarkan Surat Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah nomor C-076/D-13, tanggal 11 September 1967 yang membawahi 5 buah cabang, antara lain :

  1. Cabang Lamongan, meliputi Wilayah Pembantu Bupati Lamongan.
  2. Cabang Babat, meliputi Wilayah Pembantu Bupati Ngimbang.
  3. Cabang Jatisari (Glagah), meliputi Wilayah Pembantu Bupati Karangbinangun.
  4. Cabang Pangkatrejo, meliputi wilayah Tuban, Pembantu Bupati Sukodadi.
  5. Cabang Blimbing (Paciran), meliputi Wilayah Pembantu Bupati Paciran.

Cabang-cabang tersebut di atas sebelumnya telah mendapat pengesahan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah, antara lain : Cabang Lamongan nomor 1024, tanggal 11 Mei 1953, Jatisari nomor 1481 tanggal 2 Mei 1961, Babat nomor 1552, tanggal 4 Februari 1962, Blimbing nomor 1796, tanggal 1 Februari 1964, dan Pangkatrejo nomor 1707, tanggal 27 Juli 1963.

Kelima cabang itulah pada masa berikutnya berhasil mengembangkan Muhammadiyah di wilayah kerjanya masing-masing,

Perkembangan Muhammadiyah Lamongan Saat ini

Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan sudah membawahi   Cabang, Ranting sebanyak 265 buah, dengan anggota berjumlah 59.337 orang. Sedangkan amal usaha yang dimiliki adalah bidang pendidikan, kesehatan, sosial dan tabligh. Adapun jumlahnya masing sebagai berikut :

  1. Bidang pendidikan

TK : 122 buah, MIM : 113 buah, MTs : 29 buah, SMP : 21 buah, SMA : 11 buah, MA : 12 buah, SMEA : 3 buah, STM : 4  buah, SPP : 1 buah, STIT : 3 buah, STIS : 1 buah, dan STIE : 2 buah. Kemudian ditambah lagi dengan Pondok Pesantren : 7 buah, Madrasah Diniyah : 22 buah dan TPQ/TPA sebanyak 115 buah.

  1. Bidang Kesehatan

Rumah sakit : 2 buah, Rumah bersalin : 4 buah, BP/kesehatan : 9 buah, BKIA : 6 buah.

  1. Bidang Sosial

Panti Asuhan : 2 buah, Asrama Pelajar : 1 buah, Bakesos : 1 buah, BPR : 1 buah, Koperasi Sekolah : 146 buah, Home Industri : 16 buah, LKM : 1 buah dan TPI/pasar ikan : 1 buah.

  1. Bidang Tabligh

Masjid : 193 buah, Mushala : 337 buah dan tempat pengajian : 240 buah.

  1. Organisasi Otonom

Organisasi otonom tingkat Cabang yang dimiliki meliputi antara lain : Aisyiyah : 20 Cabang, Nasyiatul Aisyiyah : 20 Cabang, Pemuda Muhammadiyah : 24 Cabang, Ikatan Remaja Muhammadiyah : 24 Cabang, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah  : 3 Komisariat dan Tapak Suci Putra Muhammadiyah : 6  Pimcab.

  1. Periode Sebelum Terbentuknya Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten  Lamongan (1953-1967)

Periode ini lebih tepat disebut sebagai masa perintisan. Pada masa ini struktur kepemimpinan dan manajemen organisasi belum tertata rapi, karena para Pimpinan Muhammadiyah adalah orang-orang baru yang belum banyak mengenal tentang organisasi Muhammadiyah. Gerakan yang dilakukan sekedar menanamkan ide-ide Muhammadiyah.

Struktur kepemimpinan Muhammadiyah pada periode ini masih tersusun sangat sederhana, terdiri dari seorang ketua, sekretaris, bendahara, dan beberapa orang pembantu pimpinan karena pada periode  ini Muhammadiyah di Lamongan masih berupa cabang-cabang yang secara struktural di bawah pengawasan pimpinan Daerah Muhammadiyah Bojonegoro.

Strategi pergerakan Muhammadiyah pada masa ini juga belum tersusun dengan rapi. Hal ini disebabkan sumber tenaga penggerak yang sangat terbatas, oleh karenanya penyebaran pengaruh Muhammadiyah lebih banyak diperankan oleh seorang ketua. Akan tetapi dalam periode ini, keberadaan sekolah-sekolah Muhammadiyah juga memberikan arti tersendiri terhadap meluasnya pengaruh Muhammadiyah, terbukti dengan lahirnya beberapa organisasi kepaduan Hizbul Wathan di Sekaran, Laren, Babat, Sukodadi, Karangbinangun, Kalitengah dan Kedungpring pada tahun 1950-an yang dipelopori oleh para pelajar dan pemuda setempat, sekaligus organisasi kepaduan ini menjadi embrio Muhammadiyah di wilayah-wilayah tersebut.

Pada tahun 1960 Muhammadiyah mengalami perkembangan yang sangat pesat menyusul bubarnya Masyumi, karena banyak mantan anggota Masyumi yang memilih Muhammadiyah sebagai wadah pergerakan selain NU. Disisi lain tahun ini pula sebagai tonggak awal pertentangan yang hebat antara Muhammadiyah dengan NU, terutama terjadi karena perebutan pengaruh dalam masyarakat.

  1. Periode R.H. Moeljadi 1967-1978

Sebelum tahun 1967 antar Cabang Muhamadiyah se-Kabupaten Lamongan belum sering mengadakan kontak secara langsung. Pimpinan Cabang Muhammadiyah berjalan sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi. Cabang-cabang yang ada sampai tahun 1967 secara struktural berada dalam pengawasan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bojonegoro.

Atas prakarsa lima cabang yang ada di lima wilayah pembantu Bupati Daerah tingkat II Lamongan, maka terbentuklah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan pada tanggal 11 September 1967, dengan susunan pengurus yang sangat sederhana terdiri dari seorang ketua yaitu R.H. Moeljadi dibantu sekretaris, bendahara, dan beberapa majlis antara lain : Majlis PKU, Pendidikan dan Kebudayaan, Tabligh, dan Pemuda Hizbul Wathan. Mulai saat itulah arah pergerakan Muhammadiyah Lamongan mulai searah sekaligus sebagai tanda bahwa cabang-cabang Muhamadiyah se-Lamongan sudah terlepas dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bojonegoro secara struktural.

Masa jabatan Pimpinan Muhammadiyah mengikuti peraturan yaitu selama 3 tahun. Masa 3 tahun itu berlaku mulai tahun 1950 sampai 1970, dan selepas tahun 1970 menggunakan peraturan baru yaitu selama 5 tahun, keduanya mengikuti muktamar Muhammadiyah. Apabila masa jabatan pengurus sudah habis, mereka dapat dipilih kembali untuk periode berikutnya.

Demikianlah, mulai periode ini terlihat semakin jelas arah gerakan Muhammadiyah di Lamongan. Untuk penyebaran pengaruh Muhammadiyah terbagi menjadi dua wilayah, yaitu belahan utara Lamongan dan belahan selatan Lamongan. Belahan utara Lamongan diperankan oleh Cabang Pangkatrejo, Paciran, Jatisari, Laren, dan Brondong, sedangkan belahan selatan Lamongan diperankan oleh Cabang Lamongan, Babat, Kadungpring, dan Sugio.

Terpilihnya RH. Moeljadi sebagai ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan sangat berarti terhadap proses perluasan pengaruh Muhammadiyah, karena dia adalah mantan tokoh Masyumi yang disegani oleh masyarakat, juga sebagai mantan Sekjen Gerakan Pemuda ANSOR (Pemuda NU) Cabang Lamongan tahun 1951-1954. Disatu sisi Moeljadi dijadikan propaganda untuk menarik simpati masyarakat supaya ber-Muhammadiyah, disisi lain NU merasa terpukul dengan keluarnya Moeljadi dari barisan organisasi NU. Upaya pengkaderan dilakukan dalam periode ini melalui sistem kader ngintilyaitu suatu sistem pengkaderan, dimana ketua berusaha memilih dan menggandeng terus beberapa orang untuk dipersiapkan dalam kepemimpinan periode selanjutnya. Salah satu hasilnya terlihat dengan terpilihnya K.H. Abdurrahman Syamsuri menjadi Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah selama dua masa jabatan dari tahun 1978 sampai 1990.

Dua tahun kepemimpinan  R.H. Moeljadi terhitung sejak terangkatnya sebagai ketua Pimpinan Daerah Muhamadiyah Lamongan mengalami kemajuan, namun antara tahun 1970-1973 terjadi kemunduran. Hal ini dikarenakan R.H. Moeljadi diangkat sebagai Kepala Perwakilan Departemen Agama Kabupaten Lamongan, sehingga perhatian untuk Muhamadiyah benar-benar tersita. Disamping itu juga adanya larangan terhadap aparat Depag dan guru-guru agama di Jawa Timur untuk tidak mengurusi organisasi di luar kedinasan. Untuk mengatasi masalah intern itu, maka dari tokoh-tokoh Muhammadiyah Lamongan mengadakan rapat cabang darurat, dan dapat memilih H. Zahri untuk membantu R.H. Moeljadi. Antisipasi ini ternyata berjalan dengan baik, sehingga periode Moeljadi bisa berlangsung sampai tahun 1978. Pada tahun 1978 diadakan musyawarah Daerah Muhamadiyah Lamongan, dan berhasil memilih K.H. Abdurrahman Syamsuri sebagai Ketua Pimpinan Muhammadiyah Lamongan. Perubahan ketua ternyata membawa dampak pada kesekretariatan, yaitu beralihnya dari Jl. K.H. Ahmad Dahlan no. 08 Lamongan ke Pondok Pesantren Karangasem-Paciran. Peralihan kesekretariatan ini dengan pertimbangan agar kepengurusan Muhammadiyah berjalan lancar, karena pucuk pimpinan dipegang oleh seorang yang berdomisili di Paciran (pengasuh Pondok Pesantren Karang Asem-Paciran). Hal ini sebagai salah satu tanda bahwa Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan masih sangat tergantung pada seorang ketua. Kondisi ini nampak berubah pada tahun 1980-an, dimana kader-kader potential sudah bermunculan yang membawa angin segar dalam tubuh organisasi.

  1. Periode K.H. Abdurrahman Syamsuri (1978-1990)

Struktur pimpinan dan manajemen organisasi Muhammadiyah Lamongan periode ini terlihat lebih maju dibandingkan dengan sebelumnya. Dalam periode ini terdapat dua kali masa jabatan, pertama tahun 1978-1985 dan kedua tahun 1985-1990. Kedua masa jabatan itu diketuai oleh K.H. Abdurrahman Syamsuri, atau lebih dikenal dengan nama Yi Man.

Berbicara tentang struktur pimpinan lebih diarahkan pada perkembangan dan perubahannya. Perkembangan dan perubahan itu sebagai jawaban dari semakin kompleknya masalah yang harus ditangani secepatnya oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan saat itu.

Pada periode kepengurusan tahun 1978-1985 dapat disusun struktur pimpinan yang terdiri dari seorang ketua, keua I dan II, sekretaris I dan II, bendahara I dan II, ditambah majlis-majlis, dan biro-biro, antara lain. Majlis Pendidikan dan Kebudayaan, Pustaka, PKU, Tabligh, Tarjih, Wakaf/Kehartabendaan, Pengkaderan/Organisasi, BPKAMM, dan Pembina Karyawan. Ketua yang ditetapkan oleh pimpinan Pusat Muhammadiyah adalah K.H. Abdurrahman Syamsuri. Selanjutnya untuk melengkapi kepengurusan dan pembagian kerja, diadakan sidang pleno I di Sedayu Lawas (Cabang Brondong) pada tanggal 18 Maret 1979. Sidang pleno I ini menghasilkan kelengkapan pengurus PD Muhammadiyah periode 1978-1985, sebagaimana terlampir.

Pada masa kepemimpinan KH. Abdurrahman Syamsuri digunakan strategi pengawasan terhadap majlis-majlis dan biro-biro yang ada, antara lain :

  1. Ketua membidangi Majlis Tabligh, Tarjih, dan Wakaf/Kehartabendaan,
  2. Ketua I membidangi Majlis Pendidikan dan Kebudayaan, Pustaka, dan PKU,
  3. Ketua II membidangi Biro Pengkaderan/Organisasi, Pembina Karyawan, dan BPKAMM.

Pada masa tersebut juga terlihat adanya beberapa perubahan penting dalam susunan pengurus sebagai upaya pengaktifan. Perubahan ini karena ada beberapa pejabat penting dalam organisasi yang mengundurkan diri, dengan alasan kesibukan pribadi, antara lain Ketua Majlis PKU (Gholib Ghufron), Ketua Majlis Wakaf/Kehartabendaan (H. Mufti Aziz), Wakil Ketua I (Shofwan Shofa), Bendahara I (H. Usman Dimyati), dan Ketua BPKAMM (Mahmud Irfan B.A.). Dengan demikian tersusunlah formasi baru dalam kepengurusan PD Muhammadiyah Lamongan 1978-1985 sebagaimana terlampir. Perubahan itu diadakan dalam rapat pleno di Babat tahun 1982.

Kepemimpinan KH. Abdurrahman Syamsuri  berakhir pada tahun 1985. Karena itu perlu diadakan Musyawarah Daerah untuk memperbarui kepemimpinan. Musyawarah Daerah Muhammadiyah diadakan pada tanggal 29-30 Maret 1986, dan berhasil memilih 9 anggota Pimpinan Daerah  Muhammadiyah periode 1985-1990, selanjutnya mereka mendapat pengesahan pada tanggal 8 Juni 1986.

Pada Musyda ini tetap memberikan kepercayaan pada KH. Abdurrahman Syamsuri untuk mengetuai PD Muhammadiyah Lamongan periode 1985-1990. Seperti halnya dengan mekanisme kerja pada kepemimpinan KH. Abdurrahman Syamsuri, maka untuk melengkapi struktur kepengurusan juga diadakan sidang pleno pada tanggal 25 Juli 1986, yang dapat melengkapi susunan pengurus, terdiri dari ketua, wakil ketua I, II, dan III, sekretaris dan wakilnya, bendahara dan wakilnya, majlis-majlis, dan biro-biro, diantaranya : Majlis Tarjih, Pendidikan dan Kebudayaan, Tabligh, PKU, Wakaf/Kehartabendaan, dan BPKAMM, sebagaimana terlampir.

Pada kepemimpinan KH. Abdurrahman Syamsuri telah diadakan beberapa perbaikan. antara lain :

  1. Pembaharuan sebagai hasil dari rapat pleno PD Muhammadiyah tanggal 23 November 1986, berupa pembentukan Badan Pendidikan Kader, menentukan ketua baru untuk Majlis Tarjih dan BPKAMM, karena ketua sebelumnya mengundurkan diri.
  2. Pembaharuan sebagai hasil rapat pleno PD Muhammadiyah tanggal 6 Desember 1987, berupa pembentukan Majlis Ekonomi dan Majlis Pustaka, dan menetukan ketua baru untuk Majlis Tarjih, karena ketua sebelumnya yaitu K.H. Showab Mabrur meninggal dunia.
  3. Pembaharuan sebagai hasil dari rapat pleno PDM tanggal 15 Maret 1989, berupa penentuan ketua baru untuk Majlis Tabligh, karena ketidakaktifan ketua sebelumnya. Dari pembaruan-pembaruan itu, maka pada tahun 1989 terdapat formasi dalam kepengurusan periode 1985-1990, sebagaimana terlampir.

Untuk mempermudah pengawasan dalam kepemimpinan KH. Abdurrahman Syamsuri, maka dirumuskan tugas, fungsi, dan tata kerja yang mulai berlaku pada tanggal 1 Maret 1987, antara lain :

  1. Wakil ketua I membidangi Majlis Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Pendidikan Kader, BPKAMM, dan mewilayahi Cabang Paciran, Brondong, Laren, Pangkatrejo, Karanggeneng, dan Kalitengah.
  2. Wakil ketua II membidangi Majlis PKU, Ekonomi, dan Pustaka, dan mewilayahi Cabang Babat, Kedungpring, Modo, Ngimbang, Sambeng, Kembangbahu, dan Mantup, dan
  3. Wakil ketua III membidangi Majlis Tarjih, Tabligh, Wakaf/Kehartabendaan, dan mewilayahi Cabang Lamongan, Sukodadi, Sugio, Tikung, Deket, Glagah, dan Karangbinagun.

Dinamika struktur pimpinan tersebut merupakan salah satu usaha periode KH. Abdurrahman Syamsuri dalam upaya meningkatkan prestasi kerja PDM Lamongan.

Dalam aspek manajemen organisasi ada beberapa hal yang perlu dicatat selama periode KH. Abdurrahman Syamsuri, antara lain :

  1. Menentukan salah satu ruang di Pondok Pesantren Karangasem sebagai sekretariat PDM Lamongan yang dibuka setipa hari pukul 08.00-13.00 WIB, dengan seorang tenaga full timer yaitu Barqus Salam (yang selanjutnya diangkat sebagai wakil sekretaris)
  2. Mengadakan perbaikan administrasi kantor menurut aturan yang ada, baik yang menyangkut penyesuaian kode indek surat maupun kearsipan.
  3. Menyusun kembali pimpinan cabang-cabang dan ranting-ranting yang mengalami kelesuhan pada akhir periode R.H. Moeljadi. Upaya penyegaran kembali inilah sehingga sampai tahun 1985 PD Muhammadiyah Lamongan memiliki 14 cabang yang berdiri di beberapa kecamatan. Perluasan organisasi terus dilakukan, sehingga sampai tahun 1989 sudah terdapat 20 cabang dan 255 ranting dengan kuantitas amal usaha yang besar. Pembenahan-pembenahan organisasi otonom juga dilakukan, seperti Aisyiyah, Nasyiatul Aisyaiyah, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, dan Tapak Suci. Organisasi otonom inilah yang menuaikan tugas khusus bergerak dan berdakwah pada kalangan masing-masing.
  4. Secara periodik setiap dua bulan sekali mengadakan kunjungan ke cabang-cabang, sekaligus dalam kesempatan itu diadakan acara khusus berupa sidang pleno.
  5. Mengadakan peningkatan mutu pimpinan dengan mengirimkan beberapa pengurus untuk mengikuti acara-acara penataran instruktur yang diadakan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Yogyakarta. Di daerah sendiri juga diadakan pengajian pimpinan yang dihadiri PWM Jatim dan PP Muhammadiyah, seperti K.H.M. Anwar Zein (PWM Jatim) pada tanggal 6 September 1985, K.H.AR. Fachruddin pada tanggal 11 Juli 1985 dan 8 Mei 1986, dan Drs. H. Sutrisno Muhdam pada tanggal 9 Mei 1986, keduanya dari PP Muhammadiyah Yogyakarta.
  6. Mengupayakan kaderisasi, dengan memberikan kemudahan bagi warga Muhammadiyah untuk menuntut ilmu, baik di dalam maupun di luar negeri. Dalam berbagai bentuk seperti beasiswa, pemberian surat sakit, dan pengajuan beasiswa. Tujuan utama yang banyak termaktub dalam dokumen antara lain ke Universitas Al Azhar Kairo (Mesir), Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Muhammadiyah Surabaya, Universitas Muhammadiyah Malang, SPK Sepanjang (Sidoarjo), SMA Muhammadiyah I Yogyakarta, Pendidikan Ulama Tarjih di Yogyakarta, dan lain sebagainya.
  7. Merumuskan sistem penggalian dana, yaitu menggali dana untuk kepentingan organisasi dari Amal Usaha Muhammadiyah Lamongan yang dianggap mampu, seperti BAKIS, Balai Pengobatan dengan besar sumbangan yang bervariasi, selain itu juga berasal dari setiap perguruan Muhammadiyah sedaerah Lamongan, juga dari zakat, infak, dan shadaqah para anggotanya.

Perkembangan organisasi yang nampak dibanding periode RH. Muljadi, yaitu sampai tahun 1990 Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan memiliki 20 cabang, 255 ranting, dengan jumlah anggota yang ber KTA sebanyak 11.519 orang, tidak ber KTA 24.150 orang, dan simpatisan sekitar 20.701 orang.

  1. Periode K.H. Abdul Fatah (1990-1995)

Periode ini banyak ditandai dengan perubahan dan penambahan struktur pimpinan organisasi, serta kebijakan-kebijakan manajemen. Struktur pimpinan periode ini terdiri dari ketua dan dua orang wakil ketua, sekretaris dan wakilnya, bendahara dan wakilnya, dan tiga anggota pimpinan yang masing-masing mengkoordinasi beberapa majlis, antara lain, pertama, angota merangkap Koordinator Majlis Dikdasmen, Pembina Kesehatan, Kebudayaan, dan Pustaka. Kedua, angota merangkap kordinator Majlis Tarjih, Tabligh, dan Wakaf/Kehartabendaan. Ketiga, anggota merangkap Koordinator Majlis Pembina Ekonomi, Pembina Kesejahteraan Sosial, BPK, dan LPPK. Setiap majlis sendiri dibentuk kepengurusan, terdiri dari ketua dan wakilnya, sekretaris, dan anggota majlis. Mengenai susunan pengurus PD Muhammadiyah Lamongan dapat dilihat pada lampiran.

Musyawarah daerah dalam memilih pengurus untuk periode ini yang diselenggarakan pada tanggal 28-29 September 1991 di Babat, sebetulnya tetap mengusulkan KH. Abdurrahman Syamsuri menjadi ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah, akan tetapi usulan itu ditolak oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, karena adanya rangkap jabatan, yaitu masuknya KH. Abdurrahman Syamsuri sebagai anggota Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur. Oleh karenanya Pimpinan Pusat Muhammadiyah memutuskan Abdul Fatah untuk menggantikan posisi KH. Abdurrahman Syamsuri sebagai ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan. Seperti kebiasaan sebelumnya, ketua terpilih kemudian mengadakan rapat pleno pada tanggal 12 dan 26 Januari 1992 untuk melengkapi susunan pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah periode 1990-1995.

Berbeda dengan periode KH. Abdurrahman Syamsuri yang sering mengadakan rasionalisasi pimpinan sebagai upaya pengaktifan, dikarenakan pengunduran diri para pengurus, namun pada periode ini tercatat hanya terjadi sekali dalam jajaran Pimpinan Daerah, yaitu digantikannya Direktur Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan yang juga ketua II Pimpinan Daerah Muhammadiyah (dr. Faishol Ama, M. Sc.). Untuk kedudukannya sebagai direktur digantikan oleh dr. H.M. Thohir, M.Sc., sedangkan ketua II digantikan oleh K.H. Afnan Anshari, tercatat mulai tanggal 29 November 1992.

Dalam aspek manajemen, ada beberapa hal yang perlu dicatat dalam periode K.H.  Abdul  Fatah, antara lain :

  1. Memindahkan sekretariat PD Muhammadiyah yang semula bertempat di Jl. K.H. Ahmad Dahlan no 122 ke Jl. Lamongrejo no. 109-111 Lamongan sejak tanggal 1 Juli 1992, sekaligus sebagai kantor bersama Muhammadiyah beserta ortom-ortomnya. Sekaligus mengangkat tenaga eksekutif.
  2. Penertiban administrasi Muhammadiyah dan ortom-ortomnya sebagai tindak lanjut dari rintisan periode sebelumnya. Bahkan dalam periode ini berhasil membendel surat-surat PD Muhammadiyah, baik surat keluar maupun masuk, kemudian menyusunnya secara rapi dalam almari kantor.
  3. Membentuk cabang-cabang baru, akibat dari perubahan administrasi pemerintah Kabupaten Lamongan (yaitu terbentuknya tiga kecamatan baru, antara lain Pucuk, Bluluk, dan Solokuro, yang masing-masing sebelumnya mengikuti Kecamatan Sukodadi, Sukorame, dan Paciran). Selain itu juga menyeragamkan penyelenggaran Musyran dan Musycab, serta mengesahkannya sebagai tindak lanjut dari usaha periode sebelumnya yang belum tuntas. Sampai akhir periode ini Pimpinan Daerah Muhammadiyah memiliki 20 cabang, 4 calon cabang, 265 ranting, dengan jumlah anggota sebanyak 59.337 orang.
  4. Meningkatkan mutu pimpinan dengan mengadakan pengajian pimpinan. Dalam acara ini sering mendatangkan pembicara dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur. Selain itu juga secara intern mengadakan konsolidasi pimpinan harian (9 orang) setiap dua minggu sekali, dan rapat gabungan yang terdiri dari seluruh pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lamongan sekali dalam sebulan.
  5. Memperluas wawasan ber-Muhammadiyah ke cabang-cabang dan ranting-ranting sedaerah Lamongan, seperti pada Bulan September dan Oktober 1994.
  6. Merumuskan sistem penggalian dana, yaitu penggalian dana dilakukan secara intensif dan masuk dalam rencana anggaran tahunan yang diperoleh dari segenap jajaran Amal Usaha Muhammadiyah, seperti Rumah Sakit, Balai pengobatan, Lembaga Pendidikan dan lain sebagainya.
  7. Upaya kaderisasi memiliki tipe yang sama seperti pada periode KH. Abdurahman Syamsuri.

Tersebut di atas itulah diantara usaha penting periode K.H. Abdul Fatah dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja. Dengan demikian dapat dilihat adanya perkembangan yang selalu meningkat setiap periode. Dari gambaran-gambaran tersebut rasanya tidak salah, apabila empat periode itu digolongkan dalam tiga tahap, secara urut antara lain : tahap perintisan, konsolidasi, dan pengembangan.

SUSUNAN  PIMPINAN  DAERAH  MUHAMMADIYAH

KABUPATEN  LAMONGAN  PERIODE  1967 – 1973

– Ketua                                              :  R.H. Moeljadi

– Wakil Ketua                                   :  K.H. Muchtar Mastur

– Sekretaris                                        :  Shofwan Shofa

– Bendahara                                      :  H.  Usman Dimyati

– Majelis Tarjih                                  :  K.H. Abdurrahman Syamsuri

– Majlis Tabligh                                 :  H. M. Showab Mabrur

– Majlis PKU                                    :  Gholib Ghufron

– Majlis P& K                                   :  Abd.  Rosyad,  B. A.

SUSUNAN  PIMPINAN  DAERAH  MUHAMMADIYAH

KABUPATEN LAMONGAN PERIODE  1973 – 1978

– Ketua                                              :  R. H.  Moeljadi

– Wakil Ketua                                   :  Zahri

– Sekretaris                                        :  Shofwan Shofa

– Bendahara                                      :  H.  Usman  Dimyati

– Majlis Tabligh                                 :  H.  M. Showab Mabrur

– Majlis Tarjih                                   :  K. H.  Abdurrahman Syamsuri

  1. H.  Mukhlis Sulaiman

– Majlis PKU                                    :  dr.  M.  Thohir

– Majlis  P & K                                 :  Abd.  Rosyad,  B. A.

– Majlis Pengkaderan                        :  Afnan Anshari

SUSUNAN  PIMPINAN  DAERAH  MUHAMMADIYAH

KABUPATEN LAMONGAN PERIODE  1978 – 1985

– Ketua                                                    :  K. H. Abdurrahman Syamsuri

– Wakil Ketua I                                       :  Shofwan Shofa

– Wakil Ketua II                                      :  Drs.  Anam Syarif

– Sekretaris I                                            :  Moh. Nadjih, B. A.

– Sekretaris II                                          :  Djajusman, B.A.

– Bendahara I                                          :  H.  Usman Dimyati

– Bendahara II                                         :  Afnan Anshari

– Anggota/Ketua Majlis PP & K             :  Abd. Rosyad, B.A.

– Anggota/Ketua Majlis PKU                 :  Gholib Ghufron

– Anggota/Ketua Majlis Tabligh             :  H. M. Showab Mabrur

– Anggota/Ketua Majlis Wakaf/              :  H.  Mufti  Aziz

kehartabendaan

– Anggota/Ketua Majlis Pustaka             :  Hasan  BS.

– Anggota/Ketua Biro Kader/                 :  Masdar  Fajri

Organisasi

– Anggota/Ketua Pembina Karyawan     :  H.  Shofwan Amrullah

– Anggota/Ketua Majlis Tarjih                :  H.  Muchlis Sulaiman

– Anggota/Ketua BKPAMM                  :  dr   M.  Thohir

BEBERAPA  PERUBAHAN  PADA  TAHUN  1982

– Wakil Ketua I                                       :  Drs.  Muntholib  Sukandar

– Bendahara I                                          :  Afnan Anshari

– Bendahara II                                         :  H.  Kuswareh

– Anggota/Ketua Majlis PKU                 :  dr.  M. Thohir

– Anggota/Ketua Majlis Wakaf/              :  Dja’far  Rohim

kehartabendaan

– Anggota/Ketua BKPAMM                  :  Drs.  Muntholib Sukandar

SUSUNAN PIMPINAN  DAERAH  MUHAMMADIYAH

KABUPATEN  LAMONGAN  PERIODE  1985 – 1990

– Ketua                                                    :  K.H.  Abdurrahman  Syamsuri

– Wakil Ketua I                                       :  Drs. M. Anam  Syarif

– Wakil Ketua II                                      :  Dja’far  Rohim

– Wakil Ketua III                                    :  Khozin Ilham

– Sekretaris                                              :  Drs.  M.  Nadjih Bakar

– Wakil Sekretaris                                    :  Barqussalam,  B.A.

– Bendahara                                             :  Afnan  Anshari

– Wakil  Bendahara                                 :  Drs. H. M. Syukron

– Anggota/Ketua Majlis P & K               :  Rupian

– Anggota/Ketua Majlis Tarjih                :  Muchlis  Sulaiman

– Anggota/Ketua Majlis PKU                 :  dr.  H. M.  Thohir

– Anggota/Ketua BKPAMM                  :  Drs. H. Muntholib  Sukandar

– Anggota/Ketua Majlis Tabligh             :  Djajusman,  B.A.

– Anggota/Ketua Majlis Wakaf/              :  H. M.  Shofwan  Amrullah

kehartabendaan

BEBERAPA  PERUBAHAN  DAN  PENAMBAHAN  PADA  TAHUN 1989

– Wakil Bendahara                                  :  S.  Nuryadi

– Anggota/Ketua Majlis Tarjih                :  K. H.  Abdul  Fatah

– Anggota/Ketua Majlis Pustaka             :  Rupian

– Anggota/Ketua Majlis Ekonomi           :  H. M.  Fadleli

– Ketua II/Ketua Majlis P & K               :  Dja’far  Rohim

– Bendahara/Ketua Majlis Tabligh          :  Afnan  Anshari

– Sekretaris/Ketua BPK                          :  Drs.  Nadjih  Bakar

– Wakil Ketua I / Ketua BKPAMM       :  Drs.  Anam  Syarif

SUSUNAN PIMPINAN  DAERAH  MUHAMMADIYAH

KABUPATEN  LAMONGAN  PERIODE  1990 – 1995

– Ketua                                                    :  K. H.  Abdul  Fatah

– Wakil Ketua I                                       :  K. H.  Abdurrahman  Syamsuri

– Wakil Ketua  II                                     :  dr. H. M. Faeshol  Ama,  M.Sc.

– Sekretaris                                              :  Drs. H. M. Nadjih  Bakar

– Wakil Sekretaris                                    :  dr.  H. M.  Thohir  Hs. M.Sc.

– Bendahara                                             :  K. H.  Afnan  Anshari

– Anggota merangkap koordinator          :  M. Rufi’an  Mukri

Majlis Dikdasmen, Kebudayaan,

Pembina Kesehatan, dan Pustaka

– Anggota merangkap koordinator          :  K.  Muchlis  Sulaiman

Majlis Tarjih, Tabligh, Wakaf/

Kehartabendaan

– Anggota merangkap koordinator          :  H.  Umar  Hasan,  B.A.

Majlis Pembina Ekonomi, Pembina

Kesejahteraan Sosial, BPK, dan LPPK

– Majelis/Badan Pembatu Pimpinan :

  1.   Majlis Tarjih

Ketua                                :  K.  Ahmad  Munir

Wakil Ketua                     :  K.  Khozin  Ilham

Sekretaris                          :  H.  Amin  Sakin

  1. Majlis Tabligh

Ketua                                :  H.  Shofwan  Amrullah

Wakil Ketua                     :  H.  Abdul  Hamid  Muhanan,  Lc.

Sekretaris                          :  Drs.  Farhan

  1. Majlis Pendidikan Dasar dan Menengah

Ketua                                :  Drs.  Munadji

Wakil Ketua                     :  Drs.  H. Mufid

Sekretaris                          :  Drs.  Musthafa  Nur

  1. Majlis Kebudayaan

Ketua                                :  Marlim  THS.

Wakil Ketua                     :  M.  Cholil  Ridwan

Sekretaris                          :  Drs.  Ady  Sucipto

  1. Majlis Pustaka

Ketua                                :  Drs.  Wachid  Sujoso

Wakil Ketua                     :  Farid  Yahya

Sekretaris                          :  Drs.  Kasiyadi

  1. Majlis Pembina Kesehatan

Ketua                                :  Drs.  Dimyati,  S.H.

Wakil Ketua                     :  dr.  M.  Shohib

Sekretaris                          :  Drs.  M. Natsir

  1. Majlis Pembina Kesejahteraan Sosial

Ketua                                :  H.  Zarqoni  Sutejo

Wakil Ketua                     :  Maftukhin  Shahid

Sekretearis                        :  Drs.  Edy  Mulyadi

  1. Majlis Wakaf/kehartabendaan

Ketua                                :  Drs.  H.  Misbah

Wakil Ketua                     :  H.  Sumber  Anto,  B.A.

Sekretaris                          :  H. M.  Yasak  Nunawar

  1. Majlis Pembina Ekonomi

Ketua                                :  Drs.  Ec.  Ismed  Jauhar

Wakil Ketua                     :  Khusnan  S. H.

Sekretaris                          :  H.  Masyhuri

  1. Badan Pendidikan Kader

Ketua                                :  Khusnan  Sumber

Wakil Ketua                     :  Mas’udi  Ridlwan

Sekretaris                          :  Fathurrahim  Syuhadi

  1. Lembaga Pembinaan dan Pengawasan Keuangan

Ketua                                :  Drs.  Sukirno

Wakil Ketua                     :  Muhaimin Iqbal dan  Drs. Syam Rudianto

Sekretaris                          :  Resno  Saifurrahman

SUSUNAN PIMPINAN DAERAH  MUHAMMADIYAH

KABUPATEN  LAMONGAN  PERIODE  1990 – 1995

  SETELAH DIADAKAN   RASIONALISASI   PADA   TAHUN   1994

( KHUSUS   PIMPINAN   HARIAN )

– Ketua                                                     :  K. H.  Abdul  Fatah

– Wakil Ketua                                           :  K. H.  Abdurrahman  Syamsuri

– Wakil Ketua                                           :  K. H.  Afnan  Anshari

– Sekretaris                                               :  Drs. H.  Nadjih  Bakar

– Wakil Sekretaris                                     :  dr. H.  Faishol  Ama,  M. Sc.

– Bendahara                                              :  dr.  H. M. Thohir  Hs,  M.Sc.

SUSUNAN PERSONALIA PIMPINAN PERSYARIKATAN

SEKREARIAT EKSEKUTIF, DAN PIMPINAN MAJELIS/BADAN/

LEMBAGA TINGKAT DAERAH KAB. LAMONGAN

                                         PERIODE  1996 – 2000
A. Pimpinan Persyarikatan
Ketua                                                  :  K.H. ABDUL FATAH

Wakil Ketua                                        :  K.H. AFNAN ANSHORI

Wakil Ketua                                        :  H.  MULYONO  AR.

Sekretaris                                            :  Drs.  H. MUSTOFA  NUR

Wakil Sekretaris                                  :  KUSNAN  SUMBER, S.Ag.

Bendahara                                           :  K. H.  UMAR  HASAN

Anggota                                              :  K.H.  MUCHLIS SULAIMAN

:  K.H.  AHMAD MUNIR

:  K.H.  MULYONO  TAUFIQ

  1. Sekretaris Ekskutif

Sekretaris Eksekutif PDM                  :  Drs.  Ikfi  Zainal  Musthofa

Bendahara Eksekutif PDM                :  S e t i a j i

Eksekutif Majelis Dikdasmen             :  Sabih  Mu’thi

Eksekutif Majelis Pem. Kesehatan     :  Abdul Majakin, S.Ag.

  1. PIMPINAN MAJELIS/BADAN/LEMBAGA PEMBANTU PERSYARIKATAN
  2. Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam

Ketua                               :  K.H. Chozin Djalik

Wakil Ketua                    :  K.H. Amin Syakin

Sekretaris                         :  Drs. Kono Konah

Wakil Sekretaris              :  Drs. Hasan Rosyidi

Anggota                          :  Drs. H.A.H. Mubarrok, Lc; K.H. Umar Faruq, Lc; Rifqi Rosyidi, Lc; Drs. Luhfi,SH; Drs. As’ad Yasin

  1. Majelis Tabligh

Ketua                               :  K.H. Shofwan  Amrullah

Wakil Ketua                    :  H. Mudlofir, Lc.

Sekretaris                         :  Drs.  Farchan

Anggota                          :  Drs. H. Misbah; H. Abd. Hamid Muhannan, Lc; H. Yasak  Munawar; As’ad  AB; H. Labib, Lc; Drs. H. Mufidz

  1. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah

Ketua                               :  Drs. H. Munadji

Wakil Ketua                    :  Mas’udi  Ridwan

Sekretaris                         :  Moh.  Syamsuddin, SH.

Wakil Sekretaris              :  Drs. H. Anam Syarif

Bendahara                       :  Drs. Ahsan Qomar

Anggota                          : Karyono Basuki; Drs. H. Ahmad Yazid; Amrozi Mufida; Mustari, S.Ag;  Drs. Kaulan Sadida; Mu’zid Mustofa

  1. Majelis Pembina Kesehatan

Ketua                               :  Dr. H.M. Shohib

Wakil Ketua                    :  Drs. Sukirno

Sekretaris                         :  Drs. H.M. Nasir

Bendahara                       :  H.A. Fadlan Taslim

Seksi Rumah Sakit          :  Dr. Memet Sujatmiko; Dr. Musthofa; Nur Ali; Drs. Ismed Jauhar; Sujono Rameli; Budijono; H. Moh. Mansyur

Seksi Bakis                      :  Dr. H. Nur Hidayat; Alifin; M. Bakir, Amk

Seksi Binkesmat              :  Dr. H. M. Syaifuddin; Dra. Latifah, Apt.

Seksi Diklat                     :  Dr. H. Budi Utomo; Supanik, Amk.; Cucuk Rahmadi, Amk.

  1. Majelis PKS dan Pengembangan Masyarakat

Ketua                              :  H. Zarqoni Sutedja

Wakil Ketua                   :  Drs. Edy Suryono

Sekretaris                        :  Drs. Nur Chozin

Bendahara                      :  M. Amin C.

Anggota                          :  Wahyono, BA.; Drs. Nur Mathlub

  1. Majelis Pembina Ekonomi

Ketua                              :  H. Moh. Fadheli

Wakil Ketua                   :  H. Subagio

Sekretaris                        :  Maftuchin Syahid

Anggota                          :  H. Anas; Abdul Mu’iz

  1. Majelis Wakaf dan Kehartabendaan

Ketua                              :  K.H. Syukri Abdul Kadir

Wakil Ketua                   :  Drs. Abdul Rosyid

Sekretaris                        :  Fathoni  Diharja

Anggota                          :  Abdul Kholiq; Drs. Mu’rot

  1. Badan Pendidikan kader dan Pembinaan AMM

Ketua                              :  H.A. Zaini, Bsc.

Wakil Ketua                   :  Husnun Na’im

Sekretaris                        :  Drs. Ahnaf Yusuf

Anggota                          : Masyhuri, SH ; Drs. Amar Syaifuddin; Muhammad Su’ud;

  1. Ahmad    Kasuwi Thorif; Sabih Mu’thi; Dra. Hariyati Karim
  1. Lembaga Pembina dan Pengawasan Keuangan

Ketua                              :  Drs. Mu’ad

Wakil Ketua                   :  Drs. Taufik Yudiantoro, Ak.

Sekretaris                        :  Drs. Masram

Anggota                          :  Drs. Abdul Hayat; Drs. M. Wahyudi

  1. Lembaga Pustaka dan Dokumentasi

Ketua                           :  Fathur Rochiem Syuhadi

Wakil Ketua                  :  M. Said Djaelani

Sekretaris                      :  Bambang Thola’at Nur

Anggota                        : Wachid Suyoso; Moh. Hatta; M. Mufti Mubarrok; Setiaji; Chusnul Yakin; Abdul Manaf

  1. Lembaga Seni dan Budaya

Ketua                             :  H. Marlim THS

Wakil Ketua                   :  Zawawi Hasyim

Sekretaris                       :  Ady Sucipto Djais

Anggota                         :  Drs. Abdul Wachid; Drs. Supriadi

di Tulis Oleh : Prof. Fathur Rochiem Syuhadi, SE. sumber: PDM Lamongan

2 thoughts on “SEJARAH MUHAMMADIYAH DI LAMONGAN”

  1. Terimakasih begitu besarnya Muhammadiyah di Lamongan sekarang dan baru tau setelah membaca ini. Sangat menambah wawasan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *